skip to Main Content

 

June 20, 2024  5:00 PM Cudamani performs at the Bali Art Festival

Taman Werdhi Budaya Art Centre (Bali Art Center): Theater- Ksirarnawa

Semarandana Pelegongan Performance
Classics and New Works 

PEMBINA TABUH : I Dewa Putu Berata, I Dewa Putu Rai;                 
PEMBINA TARI : Dewa Ayu Swandewi, Ni Wayan Somawati, Dewa Ayu Dewi Larassanti

PART I      SEKAA DEWASA :

1.     Tabuh Pelegongan Crucuk Punyah

Gegenderan yang bernuansa tersendat-sendat dan bersahutan yang bernuansa ceria ini menggambarkan kehidupan satwa burung yang lagi bercengkrama saling bersahutan dengan saling mengungguli satu sama lainnya, yang bagaikan sedang mabuk (punyah). Ide gending ini diambil dari gending Gender Wayang.  Penata Tabuh : I Made Grindem.

2.     Tari Legong Durga Dewi

Tari ini mengisahkan ketidakadilan diujinya kesetiaan cinta dan baktinya Dewi Uma oleh Dewa Siwa. Kesetiaan Dewi Uma diuji oleh Dewa Siwa dengan berpura-pura sakit keras dan memohon Dewi Uma untuk mencari empehan lembu sebagai satu-satunya obat untuk menyembuhkannya

Penata Tari : Ibu Ni Ketut Arini Alit, SST. ;Penata Tabuh : I Dewa Putu Rai dan I Dewa Putu Berata; Pembina Tari : Jero Somawati, Dewa Ayu Swandewi, Dewa Ayu Dewi Larassanti.

3.     Tabuh Pelegongan Kreasi Barong Landung

Terinspirasi dari nyanyian-nyanyian Jero Gede dan Jero Luh dalam Barong Landung, lewat Ayah penata yang bernama I Dewa Nyoman Sura, penata mendapatkan segaris melody sebagai sumber garapan ini.

Penata pernah menonton Barong Landung Sesuhunan Pura Dalem Peliatan dimana Penata melihat persembahan terakhir Ayah Penat, I Dewa Nyoman Sura (almarhum) dengan Gurunya Pekak I Made Lebah (almarhum) sebagai pasangan kendang terakhir kalinya, setelah hampir 20 tahun mereka tak berpasangan lagi. Beliau berdua sangat piawai dan terkenal dalam berpasangan Kendang Arja Geguntangan yang sudan biasa mengiringi Sekaa Arja yang ada di desanya pada tahun 60-an, dan mengiringi Arja BON BALI yang pentas diberbagai daerah di Bali di tahun 70-an.

Untuk mengenang kejadian yang unik dan tak dijumpai lagi, penata menggarap Tabuh Barong Landung ini.

Penata : I Dewa Putu Berata.

PART II    SEKAA REMAJA :

 1.     Tari Legong Gering

Gering adalah sebuah istilah untuk pandemik, dimana suatu daerah ada dalam situasi kesehatan yang buruk, mengalami grubug di mana para warga kena penyakit, seperti serangan COVID beberapa tahun yang lalu.

Di Bali, kepercayaan para warga Bali dalam menghadapi situasi Gering salah satunya adalah dengan NEDUNAN (mengeluarkan) Sesuhunan yang berada di pura. Dalam garapan ini digambarkan Sesuhunan yang dikeluarkan adalah berupa Gelungan Legong. Para warga dengan penuh bakti dan percaya nedunan dan mundut (memakai) Gelungan tersebut kepada penari untuk ditarikan sebagai penangkal wabah.

Penata Tari : Bapak I Nyoman Cerita (almarhum).; Penata Tabuh : I Dewa Putu Berata dan I Dewa Ketut Alit.

2.     Tabuh Klasik Pelegongan Genggong Gonteng Jawa

Tabuh ini merupakan dua karya dari buah pikir sang maestro karawitan Bali yang tersohor bernama Alm. I Wayan Lotring. Karya ini tercipta pada tahun 1926, di tempat kelahiran nya di Kuta bersama seka palegongan Kuta. Kedua karya ini digabungkan menjadi satu dalam sebuah sajian tabuh palegongan. Kedua karya ini untuk menghormati sang pencipta karya ini tanpa bermaksud untuk merubah atau lancang dalam memainkan dua karya indah ini. Secara musikal, karya ini mengadopsi unsur-unsur kesenian Genggong dan lagu-lagu Solo, yang ditafsirkan ulang ke dalam bentuk gending Palegongan.

3.     Tari Legong Somya

Kemarahan tidak mesti dilawan dengan kemarahan. Kesedihan tidak mesti terus bergelut dalam hati.

Kesalahan tidak mesti harus dicari kebenarannya.

Semua itu adalah hiasan hidup dimasa yang mana saja.

Orang Bali lebih mengutamakan kedamaian dan keharmonisan Dengan cara dan kepercayaannya.

Saat akal dan energi telah lelah, jalan niskala lah yang dijalankan.

 Penata Tari : Emiko Saraswati Susilo.; Penata Tabuh : I Dewa Putu Berata.; Pembina Tari : Jero Somawati, Dewa Ayu Kadek Swandewi, Dewa Ayu Dewi Larassanti.

4.     Tari Legong Kebyar Kumbang Atarung

Binatang kumbang adalah satwa yang berperan penting dalam perannya menjaga ekosistem di dunia ini, yang terus menerus “terluka” oleh manusia untuk kepentingan manusia. Banyak yang sangat peduli dan sebanyaknya juga yang rakus mau menguasai segalanya.

Kehidupan para kumbang tentu tidaklah mudah. Berbagai situasi dan kondisi dari alam sekitar, cuaca, binatang lainnya serta manusia, bukanlah perkara mudah untuk bertahan hidup. Pertarungan hidup para kumbang dalam menjaga kehidupannya yang harmonis ceria serta setia kawan, adalah kekuatan yang mereka miliki serta dijaga dengan naluriah dan alamiah olehnya.

Marilah kita sadari bersama bahwa para kumbangpun perlu hidup damai dan bebas di alam bebas yang terbebas dari kerakusan kita sendiri.

Garapan ini secara musikalnya diungkapkan dengan barungan Gong Kebyar, dan diberi istilah Legong Kebyar, yang berarti Legong yang dimainkan dengan Kekebyaran. Garapan ini, Penata dengan sengaja mengajak para penikmat dan pemerhati seni pertunjukan untuk menikmati sebuah karya yang belum biasa terdengar atau ditonton dalam Tari Legong yang biasanya diiringi dengan Tetabuhan Pelegongan. Dalam Legong Kebyar ini, kekebyaran dengan aksen-aksen yang keras serta dinamis, ornamentasi, hiasan-hiasan serta ritme-ritme ditata baru, yang berdasarkan tatanan Pengawak Legong klasik.

Penata Tari : Emiko Saraswati Susilo. Penata Tabuh : I Dewa Putu Rai.; Pembina Tari : Jero Somawati, Dewa Ayu Swandewi, Dewa Ayu Dewi Larassanti.

Matur Suksma

 

 

 

June 20, 2024  5:00 PM Cudamani performs at the Bali Art Festival

Taman Werdhi Budaya Art Centre (Bali Art Center): Theater- Ksirarnawa

Semarandana Pelegongan Performance
Classics and New Works 

PEMBINA TABUH : I Dewa Putu Berata, I Dewa Putu Rai;                 
PEMBINA TARI : Dewa Ayu Swandewi, Ni Wayan Somawati, Dewa Ayu Dewi Larassanti

PART I      SEKAA DEWASA :

1.     Tabuh Pelegongan Crucuk Punyah

Gegenderan yang bernuansa tersendat-sendat dan bersahutan yang bernuansa ceria ini menggambarkan kehidupan satwa burung yang lagi bercengkrama saling bersahutan dengan saling mengungguli satu sama lainnya, yang bagaikan sedang mabuk (punyah). Ide gending ini diambil dari gending Gender Wayang.  Penata Tabuh : I Made Grindem.

2.     Tari Legong Durga Dewi

Tari ini mengisahkan ketidakadilan diujinya kesetiaan cinta dan baktinya Dewi Uma oleh Dewa Siwa. Kesetiaan Dewi Uma diuji oleh Dewa Siwa dengan berpura-pura sakit keras dan memohon Dewi Uma untuk mencari empehan lembu sebagai satu-satunya obat untuk menyembuhkannya

Penata Tari : Ibu Ni Ketut Arini Alit, SST. ;Penata Tabuh : I Dewa Putu Rai dan I Dewa Putu Berata; Pembina Tari : Jero Somawati, Dewa Ayu Swandewi, Dewa Ayu Dewi Larassanti.

3.     Tabuh Pelegongan Kreasi Barong Landung

Terinspirasi dari nyanyian-nyanyian Jero Gede dan Jero Luh dalam Barong Landung, lewat Ayah penata yang bernama I Dewa Nyoman Sura, penata mendapatkan segaris melody sebagai sumber garapan ini.

Penata pernah menonton Barong Landung Sesuhunan Pura Dalem Peliatan dimana Penata melihat persembahan terakhir Ayah Penat, I Dewa Nyoman Sura (almarhum) dengan Gurunya Pekak I Made Lebah (almarhum) sebagai pasangan kendang terakhir kalinya, setelah hampir 20 tahun mereka tak berpasangan lagi. Beliau berdua sangat piawai dan terkenal dalam berpasangan Kendang Arja Geguntangan yang sudan biasa mengiringi Sekaa Arja yang ada di desanya pada tahun 60-an, dan mengiringi Arja BON BALI yang pentas diberbagai daerah di Bali di tahun 70-an.

Untuk mengenang kejadian yang unik dan tak dijumpai lagi, penata menggarap Tabuh Barong Landung ini.

Penata : I Dewa Putu Berata.

PART II    SEKAA REMAJA :

 1.     Tari Legong Gering

Gering adalah sebuah istilah untuk pandemik, dimana suatu daerah ada dalam situasi kesehatan yang buruk, mengalami grubug di mana para warga kena penyakit, seperti serangan COVID beberapa tahun yang lalu.

Di Bali, kepercayaan para warga Bali dalam menghadapi situasi Gering salah satunya adalah dengan NEDUNAN (mengeluarkan) Sesuhunan yang berada di pura. Dalam garapan ini digambarkan Sesuhunan yang dikeluarkan adalah berupa Gelungan Legong. Para warga dengan penuh bakti dan percaya nedunan dan mundut (memakai) Gelungan tersebut kepada penari untuk ditarikan sebagai penangkal wabah.

Penata Tari : Bapak I Nyoman Cerita (almarhum).; Penata Tabuh : I Dewa Putu Berata dan I Dewa Ketut Alit.

2.     Tabuh Klasik Pelegongan Genggong Gonteng Jawa

Tabuh ini merupakan dua karya dari buah pikir sang maestro karawitan Bali yang tersohor bernama Alm. I Wayan Lotring. Karya ini tercipta pada tahun 1926, di tempat kelahiran nya di Kuta bersama seka palegongan Kuta. Kedua karya ini digabungkan menjadi satu dalam sebuah sajian tabuh palegongan. Kedua karya ini untuk menghormati sang pencipta karya ini tanpa bermaksud untuk merubah atau lancang dalam memainkan dua karya indah ini. Secara musikal, karya ini mengadopsi unsur-unsur kesenian Genggong dan lagu-lagu Solo, yang ditafsirkan ulang ke dalam bentuk gending Palegongan.

3.     Tari Legong Somya

Kemarahan tidak mesti dilawan dengan kemarahan. Kesedihan tidak mesti terus bergelut dalam hati.

Kesalahan tidak mesti harus dicari kebenarannya.

Semua itu adalah hiasan hidup dimasa yang mana saja.

Orang Bali lebih mengutamakan kedamaian dan keharmonisan Dengan cara dan kepercayaannya.

Saat akal dan energi telah lelah, jalan niskala lah yang dijalankan.

 Penata Tari : Emiko Saraswati Susilo.; Penata Tabuh : I Dewa Putu Berata.; Pembina Tari : Jero Somawati, Dewa Ayu Kadek Swandewi, Dewa Ayu Dewi Larassanti.

4.     Tari Legong Kebyar Kumbang Atarung

Binatang kumbang adalah satwa yang berperan penting dalam perannya menjaga ekosistem di dunia ini, yang terus menerus “terluka” oleh manusia untuk kepentingan manusia. Banyak yang sangat peduli dan sebanyaknya juga yang rakus mau menguasai segalanya.

Kehidupan para kumbang tentu tidaklah mudah. Berbagai situasi dan kondisi dari alam sekitar, cuaca, binatang lainnya serta manusia, bukanlah perkara mudah untuk bertahan hidup. Pertarungan hidup para kumbang dalam menjaga kehidupannya yang harmonis ceria serta setia kawan, adalah kekuatan yang mereka miliki serta dijaga dengan naluriah dan alamiah olehnya.

Marilah kita sadari bersama bahwa para kumbangpun perlu hidup damai dan bebas di alam bebas yang terbebas dari kerakusan kita sendiri.

Garapan ini secara musikalnya diungkapkan dengan barungan Gong Kebyar, dan diberi istilah Legong Kebyar, yang berarti Legong yang dimainkan dengan Kekebyaran. Garapan ini, Penata dengan sengaja mengajak para penikmat dan pemerhati seni pertunjukan untuk menikmati sebuah karya yang belum biasa terdengar atau ditonton dalam Tari Legong yang biasanya diiringi dengan Tetabuhan Pelegongan. Dalam Legong Kebyar ini, kekebyaran dengan aksen-aksen yang keras serta dinamis, ornamentasi, hiasan-hiasan serta ritme-ritme ditata baru, yang berdasarkan tatanan Pengawak Legong klasik.

Penata Tari : Emiko Saraswati Susilo. Penata Tabuh : I Dewa Putu Rai.; Pembina Tari : Jero Somawati, Dewa Ayu Swandewi, Dewa Ayu Dewi Larassanti.

Matur Suksma

 

 

 

 

Back To Top